Kamis, 14 November 2013


Sakit, itulah yang ada di benakku… perasaan ingin terhadap sesuatu apapun namun ditahan maka akan menimbulkan rasa sakit. Ya,  ku sebut itu rasanya sakit.
Aku seorang wanita yang selalu menjaga ucapanku terhadap siapapun.
Aku berbicara dengan memperhatikan situasi dan kondisi, aku mencoba untuk mendahulukan perasaan orang lain ketimbang perasaan diri sendiri.. selalu berfikir apakah salah apa yg akan aku ucapkan nanti, apakah ucapanku nanti akan menimbulkan sesuatu yang buruk?? Selalu berfikir akan hal itu, sampai pada suatu saat aku mencoba untuk menegaskan ucapanku akan suatu hal yang aku fikir apabila aku tdk bertindak tegas akan hal itu maka hal itu akan terus menerus di lakukan sehingga akan menjadi kebiasaan dan aku mengerti sekali bahwa kebiasaan itu susah untuk dirubah. Jadi aku beranikan diri untuk menegaskannya agar dia tak melakukannya lagi sehingga nntinya itu tidak menjadi kebiasaan.
Pada mulanya obrolan kami sangat hangat dan nyaman, sampai pada akhirnya terdengar suara telpon, diamemanggilku, karena pada saat itu aku lagi dandan aku tak mau mengangkat telponnya, aku  menyakini bahwa kalau ada yang penting pasti dia telpon lagi. Eh ternyata benar dia telpon tp dia telpon dengan jarak waktu yang cukup lama dari pertama dia telpon. Kebetulan aku sedang berada di jalan menuju kantor. Dia telpon, akupun mengangkatnya denganpenuh sukacita, namun dia hanya bilang satu kalimat yaitu , “nta tolong izinin darma…” trus aku bertanya izin apa, kamu sampai dimana…, lalu telpon tersebut putus… tuuuut… aku tak mengerti dengan apa yang dia ucapkan, dan dari tempat dia menelpon terdengar suara gaduh. Rasanya marah aku pd saat itu, karena aku seperti tidak ada artinya dia seperti bicara dengan siapa seperti itu, bicara terhadap pemulungpun kita tidak boleh semena mena, aku sering perhatikan dia bahwa dia terhadap siapapun bersikap ramah tidak seperti itu. tapi kenapa terhadapku dia begitu..?" hanya Alloh dan dia yg tahu. Akupun berjalan meneruskan perjalanan ke kantor. Sesampainya di kantor aku sms dia karena di hpku tak ada 1 smspun dr dia pasca menelpon. Padahal aku berfikir dia akan menjelaskan apa yg akan dia smpaikan ditelpon td. Tp ternyata tidak, ucapan maaf pun tidak ada. Wajar ga sih aku marah,, akupun langsung sms dia dengan kata2 tegas. Aku ga mau itu menjadi kebiasaan. Karena aku terhadapnya sangat menghormati. Tapi dia malah bilang aku seperti pejabat tinggi, . aku kaget dong kok dia responnya gitu.. akupun menghela nafas panjang, dan berfikir apa ucapanku salah, apa kalau aku tidak suka dan aku katakan tidak suka itu salah??? Akhirnya aku menahan perasaan sakit itu dan aku tidak mau membuat pertengkaran dan akupun menjawab, “ pejabat tinggi ?? “aamiin ya Alloh…”. Dan diakatakana lagi bahwa aku berubah menjadi angkuh dan sok, trus dia menasehatiku agar merubah sikapku itu karena nanti aku akan di benci orang.. sontak aku terkejut dg nasehat dia.. aku berkata pada diri sendiri,, “ ya Alloh, dia bukan sehari atau dua hari mengenalku tapi dia sudah 5 tahun mengenaliku, tp mengapa dia menilaiku seperti itu ya Alloh…, sedih sekali rasanya, tp aku mencoba sabar dan membiarkannya untuk beropini mengenai diriku, karena aku mengerti bahwa setiap orang memiliki hak terhadap suatu apapun termaksuk untuk menilai seseorang. Akupun diam dan beristigfar dan membaca wirit nabi yunus yang di ajarkan oleh salah satu dosen fakultas hukum UBL, sebut saja namany bu meta. Dengan menahan rasa sakit itu aku bertanya pada mbah google menganai pengertian angkuh…,akhirnya aku tahu bahwa apa yang dia bilang tentangku itu tidak sesuai dengan pengertian yang ada di internet.
Akupun sabar, yasudahlah... Biarkanlah berlalu masalah ini, karena waktupun telah berlalu dg sendirinya masa aku masih meratapi ucapan dia yang menyakitkan hatiaku ini… aku mencoba tersenyum dan menyapa teman2ku… tidak lama kemudian ada 1 pesan masuk, dan itupun sms dari dia, dia berkata, “I love you..”,, huuufft rasanya itu mampu menyembuhkan luka bekas ucapannya 3 jam yg lalu, dan akupun menjawabnya, “I love you too..”, tapi didalam hati.

0 comments:

Posting Komentar